'Pak, mangkale teng pundi?'. 'Neng cerak stasiun mas, neng ngarep sego goreng (saya lupa namanya, padahal bapak itu menyebutnya dengan jelas!). 'Mboten mubeng po pak?'. 'Wah wes ra kuat mas, sikilku wes ra kuat, nek ndisik yo mubeng mas'. Bapak itu ternyata sudah tidak kuat untuk muter jualan, sehingga dia memilih untuk mangkal di suatu tempat.
Kemudian setelah lama berbincang, saya bertanya 'Rame Pak?', lalu bapak itu menjawab 'Wah ra mesti mas, tapi yo tak syukuri wae. Luweh okeh sing neng ngisorku mas, contone tukang becak mas, sedino wae ra mesti iso mangan. Paling yo nek isuk iso mangan, bar kuwi ra iso mangan, Narik ping pindo wae gur iso oleh 5000 padahal yo adoh mas. Nek aku yo wis rasah ngresulo, wes ngene ki wae wes syukur, wes iso madang'.
Bayangkan aja, seorang pedagang bisa berkata seperti itu?? Sedangkan kita??? Kita yang mungkin bisa makan enak, punya handphone, tidak bekerja, kita masih saja selalu meminta kepada orang tua kita, kita selalu merasa kurang-kurang-kurang-dan-selalu kurang!!!
Mungkin yang tidak bisa berbahasa Jawa akan bingung untuk mengartikannya, ya mungkin seperti ini perkataan pedagang tersebut menggunakan bahasa Indonesia, langsung kesimpulan dari bapak itu aja yaaa hehehe
"Orang seperti saya sudah syukur, udah bisa makan. Masih banyak orang di bawah kita yang susah makan. Yang penting kita harus bersyukur dan selalu melihat ke bawah!"
Yogyakarta, depan NIMCO
25 Agustus 2011 pukul 23:58
"KEEP WRITING!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar