Sabtu, 17 Desember 2011

Ketika Kopi dan Rokok Menemani Obrolan Kami

Malam minggu itu biasanya digunakan untuk berpacaran (bagi yang punya), mencari pasangan dengan sekedar tebar pesona dengan menggunakan pakaian yang fashionable serta berdandan yang menurutnya paling bagus dan tak lupa parfum (bagi yang niat nyari), dan sekedar hang-out dengan teman-teman untuk menghabiskan malam yang panjang (ini bagi yang belum niat nyari pasangan) dan mungkin masih ada cara lain untuk menghabiskan malam minggu.
Apa sih bedanya malam minggu dengan malam-malam yang lain? Siapa yang menciptakan istilah malam minggu? Pelajar? Yang senin sampe sabtu harus menjalankan rutinitas mereka sehingga hanya memiliki waktu libur hari minggu. Kayak mereka hanya bisa pergi malam minggu aja hehe~
Pekerja? Yang hampir sama dengan para pelajar.
Profesor? Yang memang dianggap bisa membuat semua teori.
Siapa sebenarnya yang mempopulerkan malam minggu? Siapa?
Apa bedanya dengan malam senin, malam selasa, malam rabu, malam kamis, malam jumat, malam sabtu? Apa?

Oke, tulisan di atas sebenernya udah out of topic dari judul hehehe

Saking bingungnya kami menghabiskan malam, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke tempat nongkrong yang bisa dibilang tempatnya asik (dahulu) tetapi sekarang sudah mulai memuakkan. Entah kenapa saya bisa menyebut tempat itu memuakkan. Mungkin gara-gara banyak yang pacaran di sana dan saya iri kali yaaa hahaha dan malam itu kebetulan malam minggu.
Di tempat tersebut saya bersama 2 teman saya, ya bisa disebut bertiga. Ya iyalah bertiga, udah jelas aku dan 2 teman. Masa' mau dibilang ber-dua (satunya siapa? musuh?), ber-empat (satunya siapa? setan?). Sebelum pergi ke tempat tersebut kita udah janjian dulu lewat sms. Dan saya datang terakhir sendiri.
Di situ saya memesan segelas cappucino hangat, entah 2 teman saya yang lain memesan apa mungkin mereka memesan segelas air kobok dan segelas air bekas cucian.
Setelah saya memesan, obrolan kami pun dimulai. Topik obrolan kami pun beragam, dari konsep budaya, konsep ketuhanan dan agama, konsep diri sendiri. Pokoknya obrolan kami ngalor-ngidul.
Ini bukan obrolan biasa, tetapi ini obrolan serius dan saya menganggapnya serius begitupun mereka (sebut saja kempot dan ves).
Kami bertiga memang tidak punya pacar, bukannya tidak laku atau males mencari. Tapi kami takut terhadap wanita, kami tidak tahu bagaimana memulai untuk berkenalan dengan wanita, bingung dengan apa yang akan kami bicarakan dengan para kaum hawa tersebut.
Jika, saya tidak ada janji dengan orang mungkin obrolan kami bisa lebih panjang. Bahkan mungkin kami bisa sampai tidak tidur untuk membahas apa yang kita bicarakan. Karena Dunia itu memang tidak jelas, semua tidak jelas, semua itu dinamis. Untuk masalah konsep ketuhanan dan agama pun tidak akan ada habisnya jika dibicarakan, begitupun budaya, seni, dan lainnya. Di situ kami dituntut untuk berpikir, berpikir lebih keras, dan berpikir lebih lebih keras lagi untuk menemukan suatu jawaban dari suatu masalah. Karena kita diberi otak oleh Tuhan kita untuk berpikir dan berpikir. Semua itu tidak tabu untuk dipikirkan dan dipertanyakan. Hanya saja kita akan menemui sebuah daerah yang tidak akan bisa kita masuki. Daerah tersebutlah yang kami percaya daerah milik sang pencipta ini. Sebenarnya banyak sekali obrolan kita malam itu, dan saya tidak bisa menulisnya. Dari mana saya mau menulisnya pun membuat saya jungkir balik, rol depan, rol belakang, push up 100 kali, sit up 100 kali, kemudian pendinginan. Saya tidak tahu harus menulis darimana. Mungkin suatu saat saya bisa menulisnya, karena saya mengingat inti-inti dari obrolan kami malam itu. tapi mungkin saya tidak akan membicarakan mengenai konsep ketuhanan dan agama. Karena hal tersebut sangat sensitif untuk dibicarakan. Bisa-bisa saya dimusuhi semua pemuka agama hehehe saya tidak mauuuuuuuuuuu.

Segini dulu deh, malah pusing saya jadinya.
#tarikselimut #tidur

TETAPLAH MENULIS!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar